Misi Kunjungan Paus dan Bahaya Respon Kepemimpinan Sekuler

Sumber Poto mapedos di TikTok

Dilansir dari laman CNBC Indonesia, pada (2 september 2024) Media asing menyoroti pertemuan Pemimpin Tertinggi Katolik Dunia, Paus Frasiskus dengan Imam Besar Masjid Istiqlal Nasaruddin Umar di Jakarta, Indonesia, Kamis (5/9/2024). 

Salah satunya media Amerika Serikat (AS), Associated Press (AP) dengan judul “Pope and imam of Southeast Asia’s largest mosque make joint call to fight violence, protect planet”.

Diketahui kedatangan Paus di Indonesia sudah dimulai sejak Selasa. Kemarin, ia bertemu dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Kamis malam berencana menggelar misa besar di Gelora Bung Karno (GBK), Senayan. 

Laman itu memuat pemberitaan tentang bagaimana hangatnya kedua pemimpin agama bertemu. Dimana dicantumkan foto hangatnya interaksi Paus dan imam Istiqlal, saat Paus mencium mesra tangan sang imam yang mendekap pundak kepala negara Vatikan itu.

*Target di balik kunjungan*

Target dari kunjungan Paus jelas dikatakan dalam pidatonya, menyebutkan bahwa “Moto kedatanganya adalah Iman, Persaudaraan, Bela Rasa. (CNN Indonesia/04/09/2024). Selain itu, Paus Fransiskus dan imam besar masjid terbesar di Asia Tenggara pada hari Kamis berjanji untuk melawan kekerasan agama dan melindungi lingkungan. Keduanya mengeluarkan seruan bersama, untuk persahabatan antar agama dan tujuan bersama yang menjadi inti kunjungan Fransiskus ke Indonesia.

Pernyataan ini, mempunyai makna tersirat untk menekankan secara global pada moderasi beragama. Toleransi ala moderasi beragama nampak jelas kita lihat dari banyaknya berita yang disiarkan, terutama di social media yang menunjukkan toleransi yang kebablasan dalam menyambut kedatangan Paus Fransiscus. Pertama mengadakan nyanyian didalam masjid, kedua berpakaian peci yang menyerupai sintercluss, dengan anggapan menyamakan pakaian ibadah di modernkan dengan warna bendera Indonesia, pergiliran pembacaan kitab suci Alqur’an dengan injil secara bergantian.

Ini menunjukkan secara global bahwa Indonesia sebagai mayoritas muslim terbesar telah berhasil menggaungkan moderasi beragama. Yangmana kunci dari moderasi beragama masuk melalui dialog antar agama yang nantinya akan melemahkan prinsip umat muslim, karena secara tidak langsung mereka menggaungkan paham pluraisme, yaitu menyamakan semua agama. Padahal jelas dalam Alquran Allah menyebutkan bahwa hanya agama islamlah yang diridhai disisi Allah.

Statement Paus yang menyatakan bahwa soal definisi baru politik adalah bukan perang melainkan kasih sayang. Ini menunjukkan secara global bahwa umat muslim mestinya tidak usah terpengaruh doktrin yang mengajak perlawanan dalam membantu saudara Palestina. Politik yang mengajak pada jihad atau perang itu adalah politik yang kotor dan hanya menjadikan pertumpahan darah, itulah makna tersirat dari pernyatan Paus.

Disisi lain Paus juga menyatakan kekayaan Indonesia bukan tambang emas melainkan harmonisasi.

 Opini ini menggiring umat bahwa kekayaan Indonesia adalah kehidupan yang harmonis tidak ada perlawanan, walaupun sumber kekayaannya (tambang emas) dikeruk habis oleh para oligarki kapitalis. 

Ironinya,

Banyak para pemuka agama muslim yang merespon positif kedatangan Paus, seakan menyamakan Paus dengan imam-imam besar agama muslim yang dianggap suci, bahkan mereka tak segan-segan untk meminta doa dan sujud pada Paus. Banyak statement Paus yang direspon positif oleh para pemimpin dan masyarakat muslim.

 Sebagi contoh, ketika usulan azan magrib dengan running text yang dianggap wajar oleh kalangan mahasiswa muslim dan sampai KOMINFO mengeluarkan surat edaran untuk mengganti adzan magrib dengan running text agar tidak mengganggu misa. Selain itu antusiasme tokoh-tokoh muslim yang kebablasan dalam menyambut Paus. Terbukti sebanyak 33 tokoh muslim Indonesia meluncurkan buku berjudul “Salve, Peregrinans Spei”, yang berarti “Salam Bagimu Sang Peziarah Harapan”, untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia pada 3-5 September 2024. 

Buku ini tidak hanya sekadar sambutan, tetapi juga menggambarkan semangat keberagaman dan pluralisme yang hidup di Indonesia. (Kompas.com, 02/09/2024).

Adanya target tadlil siyasi oleh kepemimpinan sekuler untuk memenangkan program moderasi beragama yang sejatinya menggerus akidah umat. Inilah paham yang digaungkan dalam moderasi beragama yaitu pluralisme (menyamakan semua agama) dan sinkretisme (mencampuradukkan kebenaran dan kebathilan). Sehingga orang awam menjadi wajar dan menerima dengan senang hati, mengkerdilkan prinsip aqidah umat islam. Sehingga ideologi islam semakin jauh dari kehidupan.

*Muslim harusnya kritis*

Umat islam harusnya kritis terhadap opini yang digaungkan oleh Paus dan sikap para pemuka agama islam dalam menyambut Paus, karena moderasi beragama salah satu pemikiran cabang dari ideologi sekuler kapitalisme. Sistem ini menginjeksi negeri-negeri muslim sehingga kehilangan arah pandang dalam berkehidupan. Islam tidak lagi menjadi tolok ukur perbuatan. Ketaatan umat Islam terhadap Islam pun perlahan tertelan arus moderasi agama. Sebagai umat yang diakui oleh Allah, Umat Islam harus mempunyai sikap yang benar sesuai tuntunan syariat Allah.

Bahayanya toleransi kebablasan dan moderasi beragama menjadikan pintu masuknya paham pluralism dan sikretisme. 

Dalam Alquran surat Al baqarah : 42 Allah berfirman Janganlah kalian mencampuradukkan yang haq dengan yang batil. Jangan pula kalian menyembunyikan yang haq itu, sedangkan kalian mengetahui”. Larangan Allah jelas dikatakn dalam QS. Al kafirun ‘ bagimu agama mu dan bagi ku agama ku”. Dalam bernegara toleransi yang sebenarnya adalah tidak mencampuradukkan ajaran agama, apalagi menjadikan masjid sebagai tempat untuk bernyanyi dan membacakan kitab selain alquran, menjadikan teman dekat orang kafir jelas pelanggarn syariah Allah.

Dalam QS. Ali Imran : 19 Allah berfirman “ Sungguh agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) diantara mereka. Siapa saja yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, sungguh Allah sangat cepat hisab-Nya”. 

Pentingnya umat memahami islam secara kaffaha agar tidak salah dalam memahami berbagai problematika yang hadir dan bergejolak akibat penggerusan akidah umat ditengah penjajahan ideologi kapitalis. 

Wallahu a’lam bishawwab**

 

Penulis : Auliah, S.Pd

(Komunitas Literasi Islam Bungo)