DJ ~ MUARO JAMBI, – Saya cukup takjub dengan tokoh satu ini. Namanya Asnawi. Di usia terbilang muda, dia sudah berkiprah di penyelenggara pemilu.Masuk KPU di usia 20an tahun. Dari KPU ia geser ke Bawaslu. Dia telah bekerja sekitar 20 tahun di institusi penyelenggara pemilu ini.
Luar biasa bukan? Mungkin dia satu-satunya aktivis yang mampu mencapai prestasi ini.
Kecemerlangan Asnawi berlanjut ke medan politik. Ia kini dipercaya Partai Demokrat, untuk memimpin wilayah Kabupaten Muaro Jambi.
Tengok saja, ia berhasil menyingkirkan trah Burhanudin Mahir, dalam kontestasi perebutan ketua partai. Tidak ada yang membayangkan Asnawi bisa unggul melawan keluarga mantan penguasa Muaro Jambi dua periode itu.
Kalau soal finansial, pastilah keluarga Mahir jauh lebih unggul. Tapi, sejarah mencatat Asnawi sukses menumbangkan kelompok ini, diperebutan ketua partai.
Ini menunjukkan betapa hebatnya anak muda ini. Karenanya, saya takjub dengannya.
Saya mendengar di media, Asnawi akan berlaga di Pilkada 2024. Sebagai calon Bupati. Beberapa kali bertemu di sate Eddy Mayang, yang menjadi langganan Asnawi, saya menangkap sinyal itu. Bahwa Asnawi bersiap memperebutkan kursi orang nomor satu di Muaro Jambi itu.
Banyak yang memandang sebelah mata terhadap tokoh muda ini. Asnawi dianggap belum terlalu mampu, misalnya bersaing dengan masnah Busro. Atau Bambang Bayu Suseno.
Dua tokoh ini, baik Masnah Busro maupun BBS sedang disandera kasus aliran dana dari Apif Firmansyah, di KPK. Walau begitu, Asnawi dianggap belum terlalu kuat melawan mereka.
Toh…kebanyakan masyarakat tak pula peduli dengan masalah yang membelit Masnah dan BBS itu. Tapi, konteks tulisan saya ini bukan membahas itu. Melainkan untuk menilik peluang Asnawi sebagai calon Bupati.
Dalam kontestasi kepala daerah, salah satu penyumbang suara adalah kekuatan jaringan. Jaringan atau relasi bisa memengaruhi persepsi masyarakat terhadapnya. Kekuatan jaringan bisa membantunya memperoleh dukungan suara yang cukup untuk memenangkan pilkada. Jaringan yang dimaksud bisa berupa dukungan partai politik, kelompok kepentingan, tokoh masyarakat, atau bahkan keluarga dan teman dekat calon.
Kekuatan jaringan dapat membantu calon untuk memperoleh sumber daya yang cukup untuk memasarkan diri, dan membangun citra yang positif di mata masyarakat. Jaringan juga dapat membantu calon menggalang dukungan finansial yang penting dalam memenangkan pilkada.
20 tahun menggenggam jabatan penyelenggara pemilu, sukses menjadi ketua partai, membuktikan betapa kekuatan jaringan Asnawi tak bisa diragukan.
Dia pasti sudah punya jaringan di level TPS. Minimal adalah mantan penyelenggara pemilu yang bertugas di tingkat TPS. Itu semua tinggal diaktivasi saja.
Asnawi juga berasal dari keluarga besar, utamanya di Jaluko. Nah, dalam konteks lain, Asnawi punya pengalaman cukup signifikan dalam penyelenggaraan pemilu selama dua dekade.
Ini tentu akan memberinya keunggulan. Utamanya dalam memahami mekanisme dan tata kelola pemerintahan yang baik.
Asnawi berpengalaman dalam memimpin, mengorganisasi, dan mengambil keputusan yang tepat.
Dalam posisinya sebagai penyelenggara pemilu, ia memiliki pengalaman dalam mengorganisir pemilihan umum dan memastikan keberlangsungan pemilihan yang adil dan transparan. Dalam hal ini, Asnawi dapat dianggap memiliki pemahaman yang baik tentang mekanisme pemilu dan proses demokrasi.
Seorang bupati harus memiliki kemampuan untuk memimpin dan mengelola sebuah daerah dengan baik. Juga mesti punya kemampuan berkomunikasi dengan masyarakat. Mampu menyelesaikan masalah yang kompleks.
Asnawi, dengan segala pengalamannya itu, punya kapasitas untuk itu. Saya haqqulyakin dia mampu membuat rencana konkret untuk mengelola daerahnya.
Asnawi juga punya kualitas moral dan integritas. Bukankah seorang pemimpin itu perlu yang jujur, amanah, dan memiliki integritas yang tinggi. Karena integritas menjadi modal bagi seseorang untuk memimpin dengan baik.
Kalau tokoh lain diragukan integritasnya, apalagi mereka yang kini tersandera kasus KPK.
Soal sepak terjangnya, Asnawi mampu menunjukkan kalau ia tak pernah terlibat dalam praktik politik yang tidak etis. Apalagi korupsi yang dapat merusak integritas dan kredibilitas seseorang.
Oleh karena itu, Asnawi telah memiliki latar belakang, rekam jejak, dan integritas yang cukup sempurna sebagai calon pemimpin.
Pengalaman Asnawi dalam penyelenggaraan Pemilu selama dua dekade dapat memberinya keunggulan, utamanya dalam memahami tata kelola pemerintahan yang baik.
Akhirnya, keputusan untuk memilih calon bupati adalah hak prerogatif masyarakat. Sebelum memutuskan untuk memilih calon, perhatikanlah profil, kualitas kepemimpinan, dan integritas calon.
Pertimbangkan rencana dan visi mereka untuk membangun daerah yang lebih baik. Saya kira, Asnawi sudah punya semua modal itu. Saya percaya keberuntungannya akan mengantarnya menuju kursi BH 1 GZ. Mungkin saja.(*)