DETEKSIJAMBI.COM ~ Lato-Lato saat ini menjadi primadona dikalangan anak-anak bahkan sedikitnya orang dewasa juga memiliki benda yang sederhana maupun terkenal tersebut.
Tapi, Lato-Lato ini sebenarnya sudah ada sekitar lama loh. Penasaran dengan asal mula terciptanya permainan ini?
Dilansir urbanbogor.com melalui akun Instagram @kemdikbud.ri, Lato-Lato ini adalah salah satu jenis permainan tradisional yang sudah ada pada sejak tahun 1990-an. Dan di akhir tahun 2022 hingga saat ini, permainan tersebut kembali populer di Indonesia.
Lato-Lato sendiri diambil dari bahasa Bugis. Kata tersebut sempat disinyalir dari kata ‘Kajao-Kajao’ yang artinya nenek-nenek. Namun, kata tersebut berubah pengucapannya menjadi Kato-Kato dan akhirnya kembali berubah menjadi Lato-Lato.
Permainan yang viral di media sosial tersebut sempat juga dinamakan NokNok karena mengeluarkan bunyi ‘nok-nok-nok’ ketika dimainkan.
Meskipun sudah populer di Indonesia sejak, nyatanya Lato-Lato tersebut bukanlah permainan asli Indonesia.
Diketahui, Lato-Lato diperkirakan berasal dari Eropa dan Amerika Serikat yang muncul pada akhir 1960-an, kemudian permainan menjadi populer pada awal 1970-an.
Di Eropa, sebutan dari permainan ini antara lain adalah Clackers, Click-Clacks, Knockers, Ker-bangers, dan Clankers.
Sedangkan di Amerika Serikat, permainan ini disebut dengan Clackers Ball dan ada juga yang menyebutnya dengan nama Newton’s Yo Yo.
Lato-lato ini dipercaya sebagai permainan yang dapat melatih konsentrasi dan fokus. Selain itu, permainan ini juga menjadi alternatif untuk mengurangi ketergantungan gadget pada anak-anak.
Meskipun ada dampak dan kesan positif dari masyarakat, ternyata sebagian masyarakat lain menganggap demam lato-lato ini memiliki kesan negatif yaitu suara yang dihasilkan dua bandul lato-lato tersebut dianggap mengganggu di telinga.
Selain itu, ada juga yang mengalami benjol di dahi karena terkena lato-lato bahkan sampai menjerat leher.
Walaupun ada pro-kontra pada permainan ini, Lato-Lato tetaplah menjadi solusi bagi anak-anak Indonesia untuk tetap mempertahankan eksistensi permainan tradisional yang sebenarnya hampir terancam punah di zaman sekarang akibat pengaruh gawai.(*)