Teman Hilang, Karena Uang

Oleh: sarinah ( Komunitas Literasi Islam Bungo)

DETEKSIJAMBI.COM — Kasus pembunuhan saat ini kerap dijumpai. Dengan berbagai motif dan cara keji yang dilakukan, seakan nyawa tak berharga lagi. Lantas ada apa sebenarnya hari ini?

Kenapa begitu banyak kejadian menyayat hati?

Mengutip dari laman JAMBIONE.COM, warga digegerkan dengan penemuan korban luka tembak, di perkebunan karet di Desa Margo kecamatan Margo Tabir Merangin, pada Jumat 14 Juni 2024. Korban bernama Nanang (37 tahun) warga Desa Sungai Sahut Merangin. Korban meninggal dunia akibat luka tembak di bagian punggung. Pelaku yang berinisial Sg (sugeng) berhasil ditangkap dalam waktu kurang dari 24 jam. Pelaku adalah rekan korban sendiri.

Sungguh miris dan tragis, tega menghabisi rekannya sendiri. Tak disangka, teman yang seharusnya menjadi tempat mencurahkan isi hati, malah tega menghilangkan nyawanya. Hal ini kerap terjadi, pembunuhan yang pelakunya adalah orang terdekat. Berbagai motif dan cara dilakukan oleh pelaku untuk menghabisi nyawa korbannya. Entah apa yang membutakan hati, hingga tega menghilangkan nyawa. Namun, seolah hal ini biasa dan tak menjadi soal yang diseriusi.

Tak heran, karena hal tersebut seringkali dijumpai. Tak asing dan tak langka. Tak bisa dipungkiri hal ini adalah akibat dari sistem yang diemban negara saat ini. sistem kapitalisme cenderung membuat individu bersikap individualis dan berbuat atas dasar manfaat belaka, tanpa memandang perbuatanya apakah dibolehkan dalam hukum agama atau negara.

Idiologi apitalisme adalah idiologi yang rusak, dan tidak sesuai dengan fitrahnya manusia. Idiologi ini, cenderung kepada kesenangan dunia, kemewahan dan berfoya-foya. Uang dijadikan standar kebahagiaan mereka. Jadi, wajar saja menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan materi. Seperti halnya kasus diatas, hilangnya nyawa demi uang.

Sekuler kapitalisme, melingkupi masyarakat saat ini gaya hidup, pendidikan, pola pengasuhan dan cara menghadapi persoalan semua mengacu pada standar materialistik.

Kehidupan masyarakat jauh dari pemahaman syariat islam. Kemiskinan menambah beban dan alasan lainnya yang bersumber dari pola pikir yang jauh dari standar syariat Islam.

Oleh karena itu,untuk menyelesaikan persoalan ini, adalah dengan mengganti sistem yang rusak dan mengembalikan pada sistem yang mampu memberikan solusi tuntas dan adil yaitu hukum Allah Ta’ala.

Dalam Islam, masyarakat dibentuk atas pondasi ketaatan kepada Allah Swt, bukan unsur kemanfaatan belaka. Pengaturan hidup diatur dengan lengkap dan menyeluruh.

Di samping itu, negara akan menerapkan segala sesuatu yang berhubungan dengan pergaulan, dan memberikan sistem sanksi yang tegas sesuai dengan syariat Islam. Negara akan memberikan sanksi tegas, dan efek jera sehingga pelanggaran yang dilakukan tak terulang.

 Negara memiliki andil besar sebagai pusat sentral dalam menjamin kelangsungan hidup setiap masyarakatnya.

Dalam hadis Rasulullah Saw bersabda 

” imam (Khalifah) adalah perisai orang-orang berperang dibelakangnya dan menjadiknnya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakakwaan kepada Allah Azza wajalla dan berlaku adil, bagianya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya” (HR Ahmad).

Sudah selayaknya kita kembali pada hukum Allah satu-satunya hukum yang benar.**

Allahu a’lam bishawwab.